Selama ini konsumen cabai di Indonesia lebih suka cabai segar daripada cabai olahan, lebih doyan sambal segar ketimbang sambal botolan.
Kementerian Pertanian mendorong masyarakat untuk memproduksi cabai olahan. Hal ini dimaksudkan untuk menstabilkan harga dan pasokan cabai mengingat tingginya konsumsi cabai dan sambal di masyarakat Indonesia.
Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian Hasanudin Ibrahim mengatakan, caranya adalah cabai digarami atau diasinkan lalu dijual ke industri sebagai bahan baku sambal botol.
“Penggaraman dan pengasaman itu bisa tahan hingga dua tahun. Belinya waktu harga cabai murah nanti dikeluarkan pas musim hujan,” ujar Hasanudin di Jakarta, Minggu, 16 November 2014.
Masuk pertengahan bulan ini harga cabai melambung menjadi Rp 100 ribu per kilogram di Riau. Bahkan, di Bengkulu harga cabai sampai pada Rp 110 ribu per kilogram. Sedangkan di Minahasa, harga cabai mencapai Rp 70 ribu per kilogram dan Jakarta harga cabai mencapai Rp 60 ribu per kilogram. Kenaikan harga cabai di berbagai daerah ini sebesar 40 persen.
Produktivitas cabai di Indonesia meningkat setiap tahunnya. Di beberapa daerah produksi cabai mengalami surplus. Di antaranya daerah Sumatera dengan kelebihan produksi 2.700 ton per bulan, sedang konsumsinya hanya 300 ton per bulan. Lalu di Kediri Jawa Timur juga mengalami surplus sebesar 2.600 ton per bulan. Secara keseluruhan setiap tahunnya, Indonesia mengalami surplus sebesar 1,6 juta ton, padahal konsumsi cabai Indonesia hanya 1,5 ton per tahunnya.
Simak juga topik populer 2015:
1) Tren Ekspor Produk Makanan dan Minuman Indonesia Makin Positif
2) 2015: Investasi Sektor Makanan Diprediksi Tumbuh 25%
3) 2015: Prediksi Pertumbuhan Industri Minuman Capai 12%
4) Investasi Sektor Makanan Topang Pertumbuhan Industri di 2015
5) Tren Bisnis Makanan dan Minuman 2015
Menurut pengamat pertanian Khudori, memang ada peluang bagi petani untuk mengembangkan pengolahan cabai. Kalau dipraktikkan, petani tak perlu lagi khawatir dengan naik turunnya harga cabai yang tak bisa dikendalikan oleh pemerintah. Namun, untuk melakukan pengolahan cabai, kelompok petani harus melakukan kerja sama dengan industri besar baik makanan maupun minuman.
“Peluang sebenarnya ada, ketika harga capai murah lalu diolah, harganya lebih terjangkau. Kalau konsumsi cabai olahan terbesar ada di industri,” ujar Khudori kepada redaksi.
Dengan kerjasama itu diharapkan petani dapat memasok cabai olahan secara kontinyu. Sehingga petani dan industri makanan atau minuman sama-sama mendapatkan keuntungan yang adil.
Hanya, ada kendala dari sisi konsumen. Selama ini konsumen cabai di Indonesia lebih suka yang segar ketimbang cabai olahan. Jadi, perlu edukasi khusus supaya konsumen mau menerima kebiasaan mengonsumsi cabai olahan. Misalnya, melalui iklan dan pemberitaan yang disebarkan secara massif.
Tak kalah penting, proses produksi cabai olahan harus higienis. Sehingga industri percaya pada olahan cabai petani, dan konsumen tak khawatir mengkonsumsinya.
Consumedia Indonesia
28 January 2015
Commodity
Cabai Masuki Dunia Olahan, Bagaimana Peluangnya?
Selama ini konsumen cabai di Indonesia lebih suka cabai segar daripada cabai olahan, lebih doyan sambal segar ketimbang sambal botolan. Kementerian Pertanian mendorong masyarakat untuk memproduksi cabai olahan. Hal ini dimaksudkan untuk menstabilkan harga dan pasokan cabai mengingat tingginya konsumsi cabai dan sambal di


