Presiden Joko Widodo menginginkan Indonesia mendominasi pasar ekspor buah di dunia. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) diminta juga menanam buah. "Perlu memperbesar kapasitas produksi sehingga kita harapkan ekspor buah-buahan kita bisa naik. Ke depan kita juga ingin meningkatkan BUMN agar tidak hanya nanamnya sawit, karet," kata Jokowi dalam acara Fruit Indonesia 2016 di Parkir Timur Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (17/11/2016). Presiden menginginkan ada lahan hingga 50 ribu hektare khusus untuk menanam buah-buahan. Tahun ini, Jokowi mengaku sudah memerintahkan Institut Pertanian Bogor mulai membangun daerah-daerah khusus yang memiliki potensi dikembangkan. Menurut dia, saat ini Indonesia memang masih kekurangan buah seperti manggis, nanas, dan alpukat. Padahal, kata dia, permintaan dari luar terhitung banyak. "Kalau pisang itu kita masih kalah dengan negara lain, tapi yang barang ini kita punya kekuatan," jelas dia. Jokowi mengatakan, salah satu yang harus diperhatikan ialah masalah pascapanen. Pemotongan, seleksi, hingga pengemasan buah harus diperhatikan. "Diseleksi mana yang kualitas a, kualitas b, kualitas c," papar dia.
Genjot Daya Saing Buah Lokal
Metrotvnews.com, Jakarta: Kementerian Pertanian (Kementan) diminta untuk terus menggenjot produksi buah lokal dengan kualitas setara buah impor. Permintaan itu langsung diinstruksikan oleh Presiden Joko Widodo dalam acara Fruit Indonesia 2016, Parkir Timur Senayan. Dalam sambutannya, Jokowi menyebut bahwa buah lokal Indonesia hanya masuk dalam 20 perdagangan global. Pengelolaan menjadi kendala utama kualitas buah lokal tertinggal dari buah-buah impor. "Saya minta agar buah-buah lokal dikelola dengan baik. Saya perintahkan ke Menteri Pertanian. Kalau kelapa sawit bisa mencapai 14 juta hektare (ha), mestinya buah-buahan pun seperti yang dimiliki sawit. Kalau itu betul-betul, pasar buah dunia akan dikuasai Indonesia," ujar Jokowi, di Lapangan Parkir Timur Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (17/11/2016). Menteri Kordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution menambahkan, meningkatnya konsumsi buah menjadi jalan bagi buah lokal untuk menggenjot produksi dan kualitas. Keunggulan yang diakuinya berbeda dengan buah impor harus ditampilkan untuk meraup pasar buah dalam negeri dan global. "Sudah saatnya Indonesia menampilkan keunggulannya baik di tingkat nasional maupun internasional di tengah meningkatnya konsumsi buah dunia," tutur dia. Sementara itu, Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) Herry Suhardiyanto mengungkapkan, acara Fruit Indonesia 2016 merupakan bagian dari Gerakan Revolusi Orange yang digagas pemerintah. "Revolusi Orange sebagai kampanye buah nusantara bertaraf internasional yang memamerkan produk-produk unggulan potensial ekspor dan juga mendatangkan buyer internasional," papar dia. Dia menjelaskan, Revolusi Orange merupakan gerakan nasional yang digagas oleh kelompok masyarakat yang difasilitasi oleh IPB sebagai upaya mengubah secara revolusioner pengembangan, kebijakan dan pasar buah nusantara melalui dukungan dan fasilitas pengembangan produksi berbasis kawasan perkebunan. "Kemudian, kampanye konsumsi buah nusantara, peningkatan ekspor buah tropis serta penurunan ketergantungan buah impor," tegas Herry. Dalam Fruit Indonesia 2016, akan pula dilaksanakan program bertaraf international seperti Exhibition, Business Matchmaking, Conference/Forum, Export Business Coaching. Serta program bertaraf nasional yaitu Fruit Arrangement Contest, Fruitpreneur Got Talent, Sales Exhibition, Carnival, Various Competition. Event ini dihadiri tak kurang dari 15 ribu pengunjung nasional dan internasional yang terdiri dari Pelaku Bisnis, Produsen Olahan Makanan dan Minuman, Asosiasi atau Kamar Dagang Negara Tujuan Ekspor, Institusi Pemasaran Internasional, Institusi Kerjasama Perdagangan Internasional. Produsen dalam negeri, Collector, Perusahaan Pengolahan, Pengemas, Pedagang, Eksportir, Outlet Modern Eceran Institusi Pemerintah dan Masyarakat Umum. Negara-negara yang akan hadir meliputi negara ASEAN (sembilan negara), Asia (Tiongkok, Jepang, Taiwan, Korea Selatan), Timur Tengah (UAE, Saudi Arabia, Qatar, Kuwait, Jordan), Australia, New Zealand, Eropa dan Amerika. Melibatkan 10 ribu peserta karnaval dan 500 eksibitor. Acara yang diklaim bertaraf internasional ini juga akan menampilkan Benih dan Bibit Buah, Pupuk, Pestisida dan Hormon, Buah Segar, Buah Olahan, Industri Kesehatan berbahan baku buah, Industri Pariwisata berbasis kebun buah nusantara meliputi peralatan pertanian, mesin pertanian, media pertanian, outlet buah dan lembaga keuangan.*
Gian Singh Sekhon, Founder Gian Pizza, mengkisahkan ketertarikannya menggeluti bisnis kuliner pizza karena melihat makanan ini cukup digemari di Indonesia. Sayangnya untuk merasakan dan menikmatinya, konsumen harus membayar harga yang relatif mahal. Kebetulan mantan engineer pesawat ini punya pengalaman mendirikan dan mengelola secara langsung restoran Bella Pizza di Kanada selama tujuh tahun. Gian pun berkeinginan untuk mendirikan restoran pizza di Indonesia dengan merek berbeda dan harga yang terjangkau masyarakat. “Pizza tidak seharusnya mahal dan semua kalangan bisa merasakan dan menikmatinya. Selama ini masyarakat awam hanya mengetahui satu jenis pizza saja, padahal ada aneka macam jenis pizza dari seluruh dunia dengan rasa dan varian sesuai karakteristik wilayah masing-masing,” jelas Gian. Untuk mewujudkan keinginannya, Gian meniti usaha kembali dari nol mengusung merek Gian Pizza dan membuka gerai pertama di Beji, Depok, dengan modal awalnya sekitar Rp400 juta. Pertimbangannya mengembangkan usaha di daerah pinggiran karena kebanyakan pekerja di Jakarta tinggal di kawasan Depok, Tangerang, dan Bekasi. "Pertama membuka gerai langsung mendapat respons positif dari penikmat pizza di Indonesia, sebab mempunyai keunikan tersendiri dengan rasa khas Canadian pizza. Awal buka, menu yang ditawarkan baru ada sekitar 10 varian,” sebut Gian. Sepintas memang tak ada yang berbeda antara Gian Pizza dan pizza pada umumnya. Perbedaan terbesar pizza yang diproduksi Gian Pizza yaitu dimasak dengan tidak menggunakan minyak sehingga menjadi krispi dan tidak berminyak. Alhasil, mengonsumsinya tidak perlu menggunakan pisau garpu, cukup dengan tangan saja. Menurut Gian, penyajian pizza yang selalu didampingi dengan sendok, garpu, dan pisau hanyalah sebagai trik untuk mengelabui konsumen agar tidak mengetahui bahwa pizza yang disantapnya berminyak dan lengket di tangan. “Sebenarnya pizza memiliki nilai gizi yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Namun, pizza yang ditemui sekarang banyak mengandung minyak. Di negara-negara maju seperti Kanada, makanan berminyak sudah termasuk golongan makanan yang tidak sehat sekali,” beber dia. Cara memasak pizza dengan menggunakan temperatur dan fermentasi adonan yang tepat dapat meningkatkan antioksidan sebesar 60%─80%. Antioksidan berguna untuk melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas. “Pizza yang kami sajikan berbeda dengan kompetitor. Mulai dari ketebalan yang pas, adonan yang wangi, keju mozarella berkualitas yang memiliki aroma khas, hingga saus resep rahasia yang dibumbui dengan 14 rempah-rempah asli dari Kanada sehingga dimakan lebih lezat tanpa menggunakan saus tambahan, baik saus tomat atau saus sambal,” ungkap Gian. Masuk Waralaba Dalam perjalanannya, Gian Pizza terus berkembang dan melebarkan sayap dengan membuka gerai-gerai baru. Selama 12 tahun memasyarakatkan produk pizza sehat tanpa minyak kepada khalayak ramai, Gian Pizza sudah memiliki 15 gerai yang tersebar di Depok, Jakarta, Purwakarta, hingga Bali.
Gian menyadari restoran Gian Pizza tidak akan terkenal bila tidak memiliki banyak gerai. Dengan keterbatasan modal, akhirnya ia pun membuka peluang kerja sama waralaba pada pertengahan tahun 2015 silam. Pertimbangannya, kian banyak mitra baru akan membuat Gian Pizza bertumbuh. Waralaba Gian Pizza menawarkan nilai investasi sebesar Rp350 juta sampai 450 juta, franchise fee dibanderol senilai Rp100 juta, royalty fee 7%, dan perkiraan balik modal berkisar 6 bulan. “Dari total 15 gerai, 4 gerai di antaranya milik sendiri dan 11 gerai bermitra dengan sistem waralaba. Omzet rata-rata per gerai sekitar Rp150 juta─Rp200 juta per bulan,” sebut dia. Tak hanya jumlah gerai, menu Gian Pizza juga berkembang menjadi 16 jenis rasa pizza dengan harga jual mulai dari Rp30.000 sampai Rp120.000 per loyang. Di samping itu ada pula menu pasta lainnya seperti spaghetti dan lasagna mulai dari Rp35.000─Rp50.000 per porsi. Waralaba Gian Pizza berhasil diterima pasar lantaran cukup aktif dalam membangun merek dan mendekatkan hubungan dengan para konsumen. Salah satunya melalui program cooking class, yakni mengajarkan kepada anak-anak sekolah cara pembuatan pizza serta mengkreasikan topping pizza sesuai keinginannya sendiri. “Kami mengajak pihak sekolah untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan ini. Salah satu tujuan pelatihan pembuatan pizza yaitu melatih motorik dan kreasi dari anak-anak. Ini juga merupakan edukasi sejak dini kepada anak-anak untuk mengonsumsi pizza sehat tanpa minyak,” terang Gian.
Gian Pizza pun melakukan pendekatan melalui strategi digital marketing dengan mengubah website korporat menjadi web marketing yang berfungsi sebagai mesin penangkap database, sehingga lebih tepat sasaran dalam promosi. Selain itu juga membangun dan mengelola aset digital lainnya seperti media sosial dan mengoptimalkan media sosial supaya lebih luas jangkauan dan engagement-nya.* marketing.co.id
Menyasar pasar red ocean dengan pemain yang banyak dan persaingan yang ketat bukan perkara mudah di kategori Ready to Drink (RTD) Tea. Tengok saja perusahaan kelas kakap seperti Sosro, Indofood, Orang Tua, Garuda Food, hingga yang paling anyar Wings Food juga memasuki pasar RTD. Puluhan merek tampak bertarung sengit di sana. Lalu, bagaimanakah Mayora dengan Teh Pucuk Harum-nya mampu bersaing bahkan bisa mengalahkan market leader dan pionir di pasar RTD ini, yakni Teh Botol Sosro? Teh Pucuk Harum belum lama diluncurkan di pasaran, yakni tahun 2011. Meski dikatakan masih seumur jagung, merek ini meraih sukses di pasar. Dalam tiga tahun terakhir saja Teh Pucuk mampu melampaui beberapa merek yang sudah beredar sebelumnya seperti Ultra Teh Kotak, Teh Gelas, dan Frestea. Prestasi gemilang Teh Pucuk Harum paling terlihat di tahun 2016 saat Top Brand Index (TBI) Teh Pucuk Harum melonjak tajam hingga enam kali lipat dari tahun sebelumnya. Jika pada tahun 2015 Teh Pucuk Harum menempati posisi ke-6 dengan TBI 4.1%, tahun 2016 TBI Teh Pucuk Harum mencapai 24.8%. Perolehan ini mendudukkan Teh Pucuk Harum di posisi ke-2 dengan gap indeks hanya terpaut 9.0% dari market leader Teh Botol Sosro.
Teh Pucuk Harum bahkan mampu menggerogoti persentase market share Teh Botol Sosro. Dari 27.0% market share Teh Pucuk Harum, merek ini bersaing ketat dengan Teh Botol Sosro di kota Jabodetabek, Bandung, Makassar, Palembang, Pekanbaru, dan Banjarmasin karena memiliki gap indeks terpaut kurang dari 10.0%.
Lalu apa rahasianya? Hanya dengan menjadi berbeda. Salah satu strategi bersaing yang dirumuskan oleh Michael E. Porter (1980) adalah differentiation. Strategi ini mendorong perusahaan untuk berinovasi menciptakan keunikan tersendiri untuk membangun merek yang kuat. Mayora berinovasi melalui strategi positioning yang baik untuk Teh Pucuk Harum. Hal ini pun didukung oleh strategi komunikasi yang unik dan berbeda. “Kenapa sih harus yang pucuk? Kan sama-sama daun teh?” Itulah awal percakapan antara dua anak ulat dengan induk ulat di kebun teh dalam iklan Teh Pucuk Harum. Iklan ini diperkuat dengan tagline-nya “Rasa teh terbaik ada di pucuknya”. Dari iklan ini, Teh Pucuk Harum mengedukasi masyarakat bahwa rasa teh terbaik hanya diperoleh dari pucuk daun. Strategi diferensiasi ini efektif menarik perhatian pendengar atau calon konsumen, terutama bagi pendatang baru, dalam menciptakan brand awareness. Untuk menancapkan kuat kata-kata “pucuk” di benak konsumen, Mayora juga berani mengeluarkan bujet iklan yang cukup tinggi di media televisi. Menurut Adquest Nielsen, pada tahun 2011 Teh Sosro mengeluarkan dana iklan sebesar Rp49,97 miliar. Sementara, Mayora mengeluarkan dana dua kali lipatnya untuk Teh Pucuk Harum, yakni Rp94,55 miliar. Pada tahun berikutnya, Januari?Oktober 2012, Teh Sosro menjawab tantangan Teh Pucuk Harum dengan menaikkan adspend hingga sebesar Rp129,26 miliar. Seakan tidak mau kalah, Teh Pucuk Harum menambah dana iklan mereka hingga mencapai Rp131,84 miliar. Di sisi lain, Teh Pucuk Harum juga melakukan diferensiasi melalui kemasan produk mereka. Teh Pucuk Harum bisa dikatakan sebagai pelopor minuman teh kemasan botol plastik dengan kemasan botol berisi 350 ml. Kemasan yang lebih kecil ini membuka kesempatan bagi Mayora untuk menekan harga eceran tertinggi yang ditawarkan ke pasar. Teh Pucuk Harum dijual di pasaran dengan harga eceran tertinggi Rp3.500. Harganya tergolong terjangkau dibandingkan merek-merek lain yang mematok harga antara Rp3.000–Rp6.000. Pada akhirnya, kemasan ekonomis ini menciptakan pricing point yang cocok untuk target market RTD Tea yang memiliki posisi tawar tinggi, sensitif terhadap harga, dan switching cost yang rendah. Harga yang rendah akan menciptakan keinginan konsumen untuk mencoba. Bersaing dalam kompetisi yang padat pemain memang menjadi tantangan tersendiri. Perlu keunikan yang sangat kuat dan strategi yang matang untuk memenangkan pasar. Pelajaran dari Teh Pucuk Harum yang dapat diambil agar berhasil di pasar red ocean adalah berani untuk berinovasi. Inovasi yang dilakukan dapat berupa strategi komunikasi yang kreatif, menciptakan tagline yang unik, menjadi pelopor dalam hal tertentu dan harga produk yang kompetitif. Bagaimana dengan merek Anda?
Tingginya permintaan biji kakao di dalam membuat peningkatan produksi biji kakao harus segera dilakukan. Sementara peringkat Indonesia di posisi ketiga produsen biji kakao terbesar dunia setelah Pantai Gading dan Ghana. Sepanjang 2014 produksi biji kakao mencapai 370 ribu ton jika merujuk data International Cocoa Organization (ICCO).
Pasar agribisnis dunia masih terbuka. Ini adalah kesempatan bagi petani dan pekebun Indonesia untuk memenuhi pasar ekspor hasil komoditas agribisnis.
Memang, pasar ekspor produk agribisnis sempat lesu sepanjang 2014 seiring pelambatan ekonomi global. Sejumlah negara tujuan utama ekspor hasil bumi Indonesia mengurangi permintaannya. Sebut saja China, Jepang dan kawasan Eropa, mengurangi permintaan hasil bumi kita.
Harga daging sapi semakin mahal. Sepanjang Januari hingga Februari, harga daging sapi tidak mengalami penurunan, bahkan cenderung naik. Sekadar informasi saja, harga daging sapi yang tercatat di Kementerian Perdagangan (Kemendag) hari ini bertengger di Rp 101.665 per kg. Harga tersebut lebih tinggi dibandingkan awal Februari yang mencapai Rp 101.341 per kg.
Padahal, Kementerian Pertanian (Kemtan) mengklaim saat ini stok daging sapi sampai enam bulan ke depan relatif aman.
Pemerintah dinilai lamban mengantisipasi kenaikan harga pangan. Harga kebutuhan pangan terus merangkak naik lantaran distribusi pangan terhambat karena curah hujan tinggi.
Abdullah Mansuri, Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Indonesia, mengatakan, Kementerian Pertanian (Kemtan) dan Kementerian Perdagangan (Kemdag) justru saling lempar tanggungjawab atas kenaikan harga bahan pangan.
Bustanul Arifin, pengamat ekonomi pertanian menyebutkan sebenarnya gandum bisa tumbuh di Indonesia. Beberapa eksperimen menunjukkan ada sejumlah tempat yang potensial sebagai lahan pertanian gandum.
Kendati demikian, secara pragmatis, produksi gandum di dalam negeri tidak akan terjadi dalam waktu dekat karena beberapa kendala, seperti keterbatasan lahan.
Era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di akhir 2015 bisa menjadi peluang sekaligus bencana bagi sektor pertanian khususnya hortikultura. Pasalnya, buah-buahan dan sayuran dari negara tetangga akan lebih banyak masuk ke pasar Indonesia.
"MEA bisa menjadi bencana karena, sebelum diberlakukannya pasar bebas ASEAN saja sudah banyak produk hortikultura dari mancanegara yang masuk dari mulai ritel modern hingga ke pasar-pasar tradisonal. Apalagi kalau nanti tidak ada hambatan tarif sama sekali, pasti makin banyak yang masuk," ujar Ketua Umum Asosiasi Eksportir Sayur dan Buah Indonesia (AESBI), Hasan Johnny Widjaja di Kementerian Perdagangan kemarin (28/11)
Ketua Komisi Ilmu Rekayasa Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia, Florentinus Gregorius Winarno, mengatakan, dimasa mendatang tempe tidak hanya berfungsi sebagai bahan makanan yang mengenyangkan perut. Tempe juga bisa dimanfaatkan untuk mempercantik diri.
"Tempe kelak tidak hanya sebagai makanan tetapi dapat merambah ke industri kimia, seperti farmasi," kata Florentinus di Jakarta, Rabu (21/1).
Tak bisa dipungkiri, permen selalu menjadi makanan yang paling digemari oleh banyak orang, khususnya bagi anak-anak. Rasanya yang manis membuat anak-anak sangat suka mengkonsumsinya.
Permen bisa dikatakan sebagai makanan yang paling digemari oleh banyak orang, khususnya bagi anak-anak. Rasanya yang manis membuat anak-anak sangat suka mengkonsumsinya. Kebanyakan permen memang dibuat dari gula, beserta campuran lain seperti rumput laut yang dibubuhi dengan aneka perasa. Aroma yang khas, tekstur yang kenyal, dan warna-warni nan cantik mungkin menjadi ciri tersendiri bagi olahan rumput laut menjadi permen agar-agar.
Maraknya bisnis makanan olahan ikan, membuat beberapa pengusaha burger menyajikan hamburger dengan isian dari ikan laut yang banyak digemari oleh konsumen.
Burger merupakan makanan berupa roti dan memiliki bentuk bundar lalu diiris menjadi dua bagian. Burger selalu identik dengan bagian tengah yang diisi dengan aneka campuran, mulai dari daging hingga sayuran segar berupa selada, tomat, dan bawang bombay.
Menteri Perdagangan Rachmat Gobel mengatakan pemerintah tidak bisa menyalahkan pedagang di pasar tradisional jika menjual apel jenis Granny Smith dan Gala yang diproduksi oleh Bidart Bros California yang mengandung bakteri Listeria Monocytogenes.
Hal ini lantaran umumnya para pegadang tersebut tidak mengetahui bahwa buah-buahan yang dijualnya mengandung bakteri karena tidak bisa dilihat secara kasat mata.
Apel berbakteri asal Amerika kembali ditemukan di Kota Serang, Banten, dalam razia gabungan yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag), Dinas Kesehatan (Dinkes), dan DPRD Kota Serang.
Puluhan kilogram apel itu ditemukan di Lotte Mart, Kota Serang. Apel Granny Smith sendiri ditemukan sebanyak 90 kilogram dan apel Royal Gala sebanyak 6,5 kilogram.
Indonesia, sebagai negara dengan mayoritas penduduk Muslim, negeri ini memiliki peraturan yang sangat ketat pada produk makanan dan minuman, terutama sertifikasi halal.
Di satu sisi peraturan pangan yang rumit membuat para produsen lokal terutama UKM di Indonesia kesulitan untuk memproduksi makanan dan minuman.
Produk makanan dan minuman (mamin) olahan diproyeksikan mampu menjadi primadona produk Indonesia dalam beberapa tahun ke depan. Pasalnya, nilai dan volume ekspor produk mamin olahan menunjukkan tren positif dalam lima tahun terakhir.
Direktur Jendral Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan Nus Nuzulia Ishak menilai prospek ekspor produk makanan dan minuman olahan sangat cerah. Tren ekspor komoditas ini mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan ekspor produk makanan olahan pada periode Januari—Oktober 2014 mencapai US$4,01 miliar, naik 19,15% dibandingkan ekspor pada periode yang sama tahun sebelumnya. Kendati potensi ekspor produk mamin sangat potensial, ada faktor internal dan eksternal yang menghambat industri ini.
Direktur Riset Institute for Development of Economic and Finance (INDEF) Enny Sri Hartati mengatakan masalah terbesar yang dihadapi industri makanan dan minuman dalam negeri adalah ketersediaan bahan baku.
Corporate Image Award Kategori Food. Bagi sebuah perusahaan, citra yang positif merupakan aset yang sangat bernilai. Citra yang baik akan mampu mempengaruhi persepsi dan preferensi konsumen dengan lebih mudah. Bagi seorang CEO’’s, top manajemen dan investor ini telah menjadi sebuah standar yang patut dipenuhi.
Rangkaian event yang telah terselenggara Corporate Image Award dari tahun 2010 - 2014, kami sadur dalam beberapa kategori. Sebuah ajang penghargaan pada perusahaan-perusahaan yang telah berhasil mempertahankan citra yang baik di mata publik. Pada tabel dibawah tampak PT Indofood Sukses Makmur, PT Nestle Indonesia dan PT Garuda Food menempati posisi puncak sepanjang tahun 2010 - 2014. Berikut Tabel Hasil Survei dari Kategori Food tahun 2010 - 2014:
Pengusaha makanan dan minuman bakal merasakan lezatnya bisnis ini pada tahun 2015. Asalkan mampu berinovasi dan sadar bahwa konsumen makin selektif memilih apa yang menjadi kebutuhannya.
Bisnis makanan dan minuman pada 2015 bisa menjadi pilihan yang pas untuk berinvestasi. Namun, sebelum mulai berinvestasi di bidang ini, perlu strategi khusus untuk mengenali pola konsumsi masyarakat. Jangan sampai gulung tikar gara-gara salah membaca kecenderungan masyarakat dalam mengonsumsi makanan dan minuman.
Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (Gapmmi) meminta pemerintah memikirkan untung rugi diterbitkannya SNI Wajib Biskuit mengingat akan menghantam pelaku industri kecil menengah yang dipastikan kesulitan memperoleh lembar sertifikasi tersebut.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (Gapmmi) Adhi S. Lukman mengatakan kontribusi industri kecil menengah biskuit memang kecil dibandingkan dengan output produksi industri skala menengah besar, hanya saja secara jumlah pelaku usaha IKM lebih banyak.