Pertumbuhan industri manufaktur di 2015 ditargetkan sebesar 6,1%, lebih tinggi dari pertumbuhan industri tahun ini 5,7%. Menurut pejabat Kementerian Perindustrian, pencapaian target tersebut diharapkan berasal dari investasi di sektor makanan minuman, tembakau, industri barang kayu dan hasil hutan lainnya, serta industri alat angkut, mesin dan peralatan.
"Pertumbuhan industri tahun 2015 kami perkirakan bisa mencapai 6,1% dari tahun ini sekitar 5,7% dengan pendorong utama dari investasi industri makanan minuman serta kelanjutan investasi hilirisasi mineral logam atau smelter karena mencakup investasi jangka panjang dengan nilai yang cukup besar," kata Anshari Bukhari, Sekjen Kementerian Perindustrian.
Menurut Anshari, investasi smelter tersebut antara lain berkaitan dengan rencana pengembangan wilayah industri berupa pembangunan 13 kawasan industri di luar Jawa serta pembangunan 22 sentra IKM di luar Jawa. Sementara investasi di sektor makanan minuman atau produk turunan sektor agro pada tahun depan pertumbuhannya diperkirakan masih cukup kuat seiring dengan ekspansi dari perusahaan asing dan lokal.
Sebelumnya, Gapmmi menyatakan terdapat sekitar 14 investor asing asal tiga negara yakni Jepang, Korea Selatan, dan AS, berencana masuk ke industri makanan dan minuman di Indonesia. Minat asing yang makin tinggi akan mendorong investasi di industri ini sekitar 22% tahun depan menjadi Rp 55 triliun dari tahun ini Rp 45 triliun.
"Sejak November lalu ada 12 perusahaan dari Jepang, dua perusahaan Korea Selatan, dan dua perusahaan asal Amerika Serikat yang berminat masuk. Tapi belum bisa saya disclosed," kata Adhi S Lukman, Ketua Umum Gapmmi kepada wartawan.
Dengan penjajakan investasi tersebut menunjukkan pasar makanan dan minuman di Indonesia yang tumbuh positif cenderung menarik bagi investor asing. Industri makanan dan minuman nasional terbukti menjadi salah satu industri dengan tingkat pertumbuhan cukup tinggi di Indonesia. Asosiasi menargetkan penjualan hingga akhir tahun ini dapat tumbuh mencapai 8% menjadi Rp 1.000 triliun.
Dengan investasi yang marak terjadi di sektor pengolahan sumber daya alam dan hasil tambang (smelter), makanan minuman, industri barang kayu dan hasil hutan lainnya, maka pemerintah menargetkan total investasi di sektor industri manufaktur pada tahun depan baik dari investasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) dan penanaman modal asing (PMA) bisa mencapai Rp 270 triliun atau tumbuh dari proyeksi investasi tahun ini Rp 210 triliun.
"Kami cukup optimistis dengan target investasi di industri manufaktur sebesar Rp 270 triliun di 2015 itu bisa dicapai karena tidak ada lagi aktivitas politik yang membuat investor wait and see. Selain itu, dengan adanya sistem birokrasi investasi satu pintu di BPKM diharapkan menarik minat investor guna memperoleh kemudahan pengurusan perizinan investasi," ujar Saleh Husin, Menteri Perindustrian.
Selain faktor tersebut, pemerintah juga berencana kembali mendorong masuknya investasi melalui sejumlah insentif seperti tax holiday, tax allowance, dan pembenahan fasilitas bea masuk ditanggung pemerintah (BMDTP) agar lebih efektif dan dapat digunakan dengan lebih optimal.
Tantangan 2015
Kementerian Perindustrian menyatakan sejumlah sektor industri masih akan menghadapi tantangan di tahun depan karena terpengaruh faktor eksternal dan internal, seperti dari perlambatan ekonomi China, fluktuasi nilai tukar, dan perlambatan ekonomi dalam negeri.
"Untuk tahun ini, sejumlah industri seperti pupuk, semen, kimia dasar relatif menurun karena terjadi kontraksi di dalam negeri. Sementara itu, pelemahan baja terjadi karena terdampak pelemahan ekonomi China yang mengakibatkan pasokan baja dunia melimpah dan harga jual turun," kata Hardijanto, Dirjen Basis Industri Manufaktur (BIM) Kemenperin.
Pelemahan ekonomi Tiongkok berdampak cukup signifikan terhadap pertumbuhan industri baja. Irvan K Hakim, Ketua Indonesia Iron & Steel Association (IISIA), mengatakan jika ekonomi Tiongkok melemah 1%, hal itu berpotensi menimbulkan ekses produksi hingga 24 juta ton.
Sebab, Tiongkok saat ini merupakan salah satu produsen baja terbesar di dunia dengan total produksi sekitar 750 juta ton atau berkontribusi sekitar 50% dari total produksi baja dunia yang mencapai 1,5 miliar ton. Sehingga apabila ekonomi Tiongkok melambat, maka dikhawatirkan terjadi pengalihan hasil produksi ke pasar negara berkembang, seperti Indonesia.(*)
22 January 2015
Business News
Investasi Sektor Makanan Topang Pertumbuhan Industri di 2015
"Pertumbuhan industri tahun 2015 kami perkirakan bisa mencapai 6,1% dari tahun ini sekitar 5,7% dengan pendorong utama dari investasi industri makanan minuman serta kelanjutan investasi hilirisasi mineral logam atau smelter karena mencakup investasi jangka panjang dengan nilai yang cukup besar," kata Anshari Bukhari, Sekjen Kementerian Perindustrian.


