22 January 2015

,

2015: Prediksi Pertumbuhan Industri Minuman Capai 12%

inovasi produk minuman saat ini terlihat semakin berkembang dari jenis maupun segmennya. Seperti beberapa tahun belakangan terbukti banyak bermunculan produk-produk minuman yang inovatif, sebelumnya tidak pernah terpikirkan oleh konsumen sekalipun.

Pertumbuhan Industri Minuman Capai 12%
Pertumbuhan industri minuman tahun ini diestimasi 11%-12%, melampaui pertumbuhan industri makanan yang hanya single digit. Asosiasi industri menilai ruang tumbuh untuk sektor minuman dinilai masih lebih besar dengan penetrasi yang masih sangat rendah dibandingkan dengan makanan.

Rachmat Hidayat, Wakil Ketua Umum Bidang Kebijakan Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi), mengatakan tahun ini industri makanan dan minuman diperkirakan tumbuh 8% menjadi Rp 1.080 triliun dibandingkan tahun lalu Rp 1.000 triliun.


"Namun sektor minuman pertumbuhannya akan lebih tinggi dibandingkan dengan makanan. Sektor minuman dapat tumbuh mencapai 11%-12% seperti pada segmen air minum dalam kemasan (AMDK) atau juga susu dalam kemasan. Untuk makanan hanya single digit," tutur Rachmat kepada redaksi.

Dia melanjutkan untuk sektor makanan penetrasinya dinilai lebih besar jika dibandingkan minuman. "Seperti contoh segmen mi instan yang penetrasinya sudah sangat besar," tambahnya.

Kondisi tersebut juga didukung dengan semakin bertumbuhnya masyarakat kelas menengah dari tahun ke tahun. Masyarakat kelas menengah biasanya lebih banyak menghabiskan uang untuk makan atau minum di luar rumah sebagai kompensasi secara psikologis dari kerja yang sudah dilakukannya seharian.

Selain itu, inovasi produk minuman saat ini terlihat semakin berkembang dari jenis maupun segmennya. Seperti beberapa tahun belakangan terbukti banyak bermunculan produk-produk minuman yang inovatif, sebelumnya tidak pernah terpikirkan oleh konsumen sekalipun. "Seperti contoh kita tidak pernah terbayang sebelumnya minuman kopi dimasukkan dalam botol plastik," ujarnya.
 

Mengingat tingginya peluang pertumbuhan sektor ini, dua emiten makanan dan pakan ternak, yakni PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA) dan PT Charoen Pokphand ndonesia Tbk (CPIN), serius merambah bisnis minuman ringan mulai tahun ini. Ekspansi bisnis tersebut akan direalisasikan antara lain dengan cara bermitra dengan perusahaan asing (joint venture) dan membangun pabrik pemrosesan minuman ringan.

Charoen berinvestasi Rp 600 miliar dengan mengakuisisi dan memiliki lahan seluas 100 hektare di Cikande. Fasilitas tersebut akan digunakan untuk membangun pabrik pemrosesan produk minuman, termasuk air mineral, teh siap minum, dan produk susu serta olahannya.

Perseroan juga akan meluncurkan air mineral dengan nama Frozen. Sedangkan untuk produk susu, perseroan diprediksi membentuk usaha patungan (joint venture) dengan Meiji (Jepang), mengikuti jejak joint venture di tingkat regional antara Charoen Pokphand-Meiji Co Ltd di Thailand yang didirikan pada 1989 dan sudah dikenal sebagai salah satu produsen susu dingin dan yoghurt merek Meiji.

Selain itu, dengan prospek pertumbuhan industri minuman yang cukup tinggi dan potensi perolehan margin lebih stabil, perseroan berniat untuk melakukan perluasan penjualan minuman dengan memanfaatkan jaringan distribusi produk konsumsi (Fiesta) yang sudah ada pada perdagangan modern melalui Prima Food International, termasuk toko ritel CP Prima Mart.

Di sisi lain, emiten makanan TPS Food berencana berinvestasi Rp 100 miliar untuk membangun pabrik minuman ringan dengan mitra asing di Solo, Jawa Tengah, pada kuartal II tahun ini. Perseroan akan bekerjasama (joint venture) dengan salah satu perusahaan asing sebagai pemegang merek untuk merealisasikan investasi di bidang produksi dan distribusi. Dengan begitu perseroan nantinya menjadi pemegang saham mayoritas.

"Kami sedang dalam tahap final negosiasi terkait pembangunan dan pendistribusian pabrik minuman di Solo, Jawa Tengah. Apabila negosiasi rampung sebelum akhir tahun ini, maka kami berharap pembangunan pabrik sudah bisa dimulai pada April tahun depan," kata Sjambiri Lioe, Direktur Keuangan TPS Food.

Pabrik baru itu akan dibangun di atas area pabrik existing perseroan dengan masa pembangunan sekitar tujuh bulan. "Dengan demikian, kami berharap pabrik minuman tersebut bisa mulai beroperasi pada awal 2016," ujar dia.(*)