8 December 2014

Prediksi: 2015, Ekonomi Indonesia Tumbuh 5,2 Persen

Bank Dunia memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan hanya mencapai 5,2 persen. Prediksi tersebut di bawah prediksi Bank Dunia sebelumnya pada Juli 2014, di mana pada saat itu Bank Dunia memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai 5,6 persen di 2015.

Bank Dunia memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan hanya mencapai 5,2 persen. Prediksi tersebut di bawah prediksi Bank Dunia sebelumnya pada Juli 2014, di mana pada saat itu Bank Dunia memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai 5,6 persen di 2015.

Revisi prediksi tersebut disebabkan oleh melemahnya pertumbuhan investasi dan ekspor. Sementara itu untuk pertumbuhan ekonomi 2014, Bank Dunia memprediksi hanya mencapai 5,1 persen lebih rendah dari prediksi sebelumnya 5,2 persen.


Bank Dunia menjelaskan, pertumbuhan ekonomi tersebut dipengaruhi oleh melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia, yang berakibat pada melemahnya harga sejumlah komoditas Indonesia, yang pada akhirnya berdampak pada semakin mengecilnya peluang-peluang baru. Namun, estimasi pertumbuhan yang mengecil tersebut dapat berbalik arah jika investasi yang terjadi tahun depan melampaui ekspektasi.


----------------------------------------------------

Simak juga topik populer 2015:

1) Tren Ekspor Produk Makanan dan Minuman Indonesia Makin Positif
2) 2015: Investasi Sektor Makanan Diprediksi Tumbuh 25%
3) 2015: Prediksi Pertumbuhan Industri Minuman Capai 12%
4) Investasi Sektor Makanan Topang Pertumbuhan Industri di 2015

5) Tren Bisnis Makanan dan Minuman 2015

----------------------------------------------------

"Pembelanjaan pasar domestik di Indonesia yang terus meningkat akan menopang pertumbuhan. Jika Indonesia memperkuat pondasi ekonomi dan memperkuat iklim investasi yang baik, maka akan mendorong laju pertumbuhan ekonomi tumbuh lebih tinggi dan lebih cepat," tukas Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia, Rodrigo Chaves dalam acara The World Bank: Indonesia Economic Quarterly December 2014 di Jakarta, seperti dikutip Senin (8/12/2014).

Selain hal tersebut, Bank Dunia menjelaskan bahwa tantangan lain yang harus dihadapi pemerintah adalah masalah penyerapan belanja modal pemerintah (capital expenditure) di mana per Oktober 2014, capital expenditure hanya 38 persen dari persiapan pendanaan untuk tahun 2014. Angka tersebut jauh di bawah angka pada 2012 dan 2013 untuk periode yang sama.

"Untuk defisit neraca berjalan berkurang, tetapi sedikit yaitu di angka USD6,8 miliar atau 3,1 persen dari PDB kuartal III/2014. Penurunan secara bertahap akan terus berlangsung, dan defisit neraca berjalan diperkirakan akan mencapai 2,8 persen pada 2015," cetus Rodrigo.

Sementara itu, dalam kesempatan yang sama ekonom utama Bank Dunia untuk Indonesia Ndiame Diop menjelaskan bahwa penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) memang akan berdampak ke inflasi, tetapi dampak tersebut sifatnya sementara. Menurutnya inflasi 2015 akan berada pada angka 7,5 persen dan akan menurun tajam di akhir tahun 2015 jika tidak ada gejolak ekonomi lainnya.

Selain itu, dia juga menjelaskan penghematan anggaran sebesar Rp100 triliun yang berasal dari penyesuaian harga BBM tersebut memberikan ruang kepada pemerintah untuk menambah belanja publik bagi sektor-sektor yang prioritas seperti pelayanan kesehatan. Pasalnya dana untuk kesehatan yang dianggarkan oleh pemerintah masih kecil baru 1,2 persen dari PDB.

Ndiame memaparkan bahwa sektor kesehatan adalah salah 1 dari 3 tantangan pemerintah ke depannya, karena dengan terciptanya pelayanan kesehatan yang baik maka akan berpengaruh pada kekuatan SDM yang nantinya akan terus berperan menggerakan roda perekonomian negara.

Menurut Ndiame, tiga tantangan baru pemerintah Indonesia adalah, pertama soal pendapatan negara, di mana pemerintah harus menggenjot pendapatan negara dengan memaksimalkan pendapatan pajak. Kedua adalah masalah kesehatan. Pembiayaan kesehatan penting untuk memperkuat pondasi negara dalam hal ini SDM, karena SDM itulah yang akan terus menggerakan roda ekonomi ke depan.

Tantangan terakhir adalah masalah pembangunan fasilitas pendukung bisnis, apalagi dalam menyambut MEA 2015 hal itu sangat penting, karena dengan adanya fasilitas bisnis yang baik akan mendukung berkembangnya dunia bisnis yang akan berdampak pada masuknya investasi yang akhirnya akan berpengaruh ke kinerja ekspor Indonesia ke negara-negara ASEAN maupun lainnya.

Menurut Ndiame, dengan pembelanjaan APBN yang baik termasuk untuk bidang pelayanan kesehatan dan program-program perlindugan sosial, maka akan dapat mempercepat upaya pengentasan kemiskinan yang telah melambat dalam beberapa tahun terakhir. "Tanpa dukungan tambahan tersebut untuk mengentaskan kemiskinan, tingkat kemiskinan Indonesia yang sekarang 11,3 persen akan tetap pada posisi di bawah 8 persen pada 2018," pungkasnya. 
metrotvnews.com