PT Sierad Produce Tbk (SIPD), emiten produsen ayam usia sehari (day old chick/DOC) dan pakan ternak, memperkirakan penjualan dalam tiga tahun terakhir terus melambat. Meski belum dapat merinci penjualan sepanjang 2014, Eko Putro Sandjojo, Wakil Direktur Sierad Produce, mengatakan penjualan perseroan tahun lalu diperkirakan lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya.
Menurut dia, perlambatan pertumbuhan penjualan perseroan mulai terjadi sejak 2013. Pada tahun itu perseroan mencatatkan penjualan yang turun hingga 11,5% dibandingkan 2012. Perseroan memperkirakan pelemahan terus berlanjut pada 2014.
"Penjualan 2014 masih kami konsolidasi, belum selesai. Kemungkinan akan melambat. Kita tahu semua industri di segmen ini melambat tahun lalu," tutur Eko kepada redaksi.
Hingga kuartal III 2014, perseroan mencatatkan penurunan penjualan hingga 38,2% menjadi Rp 1,9 triliun dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 3,07 triliun. Kondisi pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) memberikan pengaruh besar kepada penjualan DOC.
Rata-rata nilai tukar rupiah di angka Rp 12.000 per dolar AS, yang diperparah dengan pelemahan harga komoditas, mengakibatkan pendapatan petani menurun. Dengan begitu, daya beli ikut menurun. "Jadi DOC dan pakan sangat terkait satu sama lain," tambahnya.
Selain karena kondisi ekonomi saat ini, lanjut dia, secara umum kondisi industri DOC saat ini mengalami kelebihan pasokan (over supply). Terjadi ketidakseimbangan antara permintaan dan kapasitas produksi. Rata-rata semua pelaku usaha dalam negeri saat ini mengalami over supply DOC sekitar 20%.
"Industri setiap minggu memproduksi 60 juta DOC. Padahal, permintaan DOC setiap minggu hanya mencapai 50 juta DOC," tegas dia.
Tekanan terhadap penjualan yang terjadi biasanya turut berpengaruh terhadap margin laba perseroan. Terbukti, hingga kuartal III 2014 keempat emiten pakan ternak tercatat mengalami penurunan margin bersih yang bervariasi.
Tekanan Kurs
Sementara itu, asosiasi industri mengatakan kinerja industri pakan ternak diperkirakan tertekan sepanjang 2014. Kondisi tersebut terjadi seiring dengan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang berdampak terhadap pembelian bahan baku pakan ternak karena sekitar 70% bahan baku berasal dari impor.
"Fluktuasi kurs berdampak signifikan terhadap industri pakan ternak. Sekitar 70% bahan baku industri pakan ternak masih berasal dari impor. Padahal, bahan baku berkontribusi sekitar 80% terhadap struktur biaya produksi industri pakan ternak. Apabila harga bahan baku mahal karena nilai dolar tinggi, profitabilitas industri pakan berpotensi terus tertekan," kata FX Sudirman, Ketua Umum Gabungan Produsen Pakan Ternak Indonesia (GPMT) kepada redaksi.
Kondisi tersebut sudah terjadi sejak kuartal I 2014. Ketika itu kurs dolar menyentuh angka Rp 12.300 atau terdepresiasi 30%, biaya produksi meningkat sebesar 21%. Sementara perusahaan pakan ternak tidak bisa serta-merta menaikkan harga jual karena menghadapi persaingan ketat.
"Dengan demikian, produsen pakan ternak maksimal hanya bisa menaikkan harga sebesar 10%, sementara sisanya mau tak mau diserap produsen pakan dan pada akhirnya menggerus profit," tandasnya.(*)
22 January 2015
Company Progress
Penjualan Sierad Terus Melambat dalam Tiga Tahun Terakhir
PT Sierad Produce Tbk (SIPD), emiten produsen ayam usia sehari (day old chick/DOC) dan pakan ternak, memperkirakan penjualan dalam tiga tahun terakhir terus melambat. Meski belum dapat merinci penjualan sepanjang 2014, Eko Putro Sandjojo, Wakil Direktur Sierad Produce, mengatakan penjualan perseroan tahun lalu diperkirakan lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya.


