Penjualan
produk kosmetik lokal di tahun 2013 diperkirakan tumbuh 15% dibanding tahun 2012 lalu
menjadi Rp 11,22 triliun. Peningkatan tampak lebih rendah dibanding
pertumbuhan penjualan produk impor, yang diperkirakan sebesar 30%.
Wiyantono, Ketua
Bidang Perdagangan Persatuan Perusahaan Kosmetik Indonesia (Perkosmi), menuturkan
kenaikan penjualan produk impor yang lebih tinggi pada tahun ini terjadi karena
besarnya permintaan terhadap produk bermerek asing.
“Besarnya permintaan
mengikuti gaya hidup sebagian besar konsumen kosmetik di Indonesia yang
cenderung menggunakan merek luar negeri, karena adanya prestise yang berlebih,” ujar Wiyantono kepada wartawan.
Pertumbuhan
penjualan kosmetik asing juga karena makin gencarnya upaya promosi yang dilakukan
oleh agen penjual produk kosmetik impor. “Produk
kosmetik impor masuk ke Indonesia umumnya melalui perusahaan berskala
kecil serta multilevel marketing,” kata
Wiyantono.
Nuning S Barwa, Ketua Umum Persatuan Perusahaan Kosmetik Indonesia, menuturkan peningkatan penjualan kosmetik impor pada tahun lalu dan tahun ini juga seiring pemberlakuan perdagangan bebas antara negara-negara ASEAN.
Nuning S Barwa, Ketua Umum Persatuan Perusahaan Kosmetik Indonesia, menuturkan peningkatan penjualan kosmetik impor pada tahun lalu dan tahun ini juga seiring pemberlakuan perdagangan bebas antara negara-negara ASEAN.
Pemberlakuan
harmonisasi tarif impor di negara-negara ASEAN, sebagai dampak perdagangan bebas,
mengakibatkan prosedur impor menjadi lebih mudah.
Peningkatan
penjualan kosmetik impor juga karena para eksportir kosmetik melihat Indonesia sebagai
salah satu pasar yang cukup potensial. “Itu karena di Eropa maupun Amerika
Serikat terjadi penurunan permintaan karena dampak
resesi ekonomi,” jelas Nuning.
Untuk
mempertahankan pangsa pasar tahun ini, produ sen kosmetik lokal melakukan
ekspansi sejak tahun lalu. PT Martina Berto mengalokasikan dana Rp 135 miliar
untuk membiayai pembangunan pabrik di Cikarang
dan
revitalisasi mesin produksi.
Perseroan
akan membangun pabrik baru senilai Rp 82 miliar dan revitalisasi unit produksi
sebesar Rp 53 miliar. Pabrik baru tersebut telah mulai dilakukan pembangunannya pada
April 2012, dan menempati lahan seluas 9,5 hektare. Semula perseroan
menjadwalkan pembangunan pabrik baru dimulai pada semester II 2011, namun dimundurkan
karena menunggu ijin Badan Pengawan Obat dan Makanan yang baru keluar pada kuartal
I 2012.
Sementara itu, PT Mustika
Ratu meningkatkan kapasitas produksi berkisar 20%-30% di tahun lalu.
Peningkatan tersebut untuk
mendukung pertumbuhan volume penjualan tiap tahun. “Peningkatan kapasitas juga
karena utilisasi produk Mustika Ratu saat ini rata-rata telah mencapai 86%,”
ujar Putri Kuswisnuwardhani, Presiden Direktur Mustika Ratu.
Untuk
meningkatkan daya saing produsen kosmetik local dalam menghadapi persaingan dengan
produk impor, Kementerian Perindustrian akan memberikan sejumlah insentif untuk
mendorong pengembangan industri kosmetik di
Indonesia.
“Pemerintah
memberikan insentif untuk industri kosmetik antara lain dalam bentuk tax
allowance dan pembebasan bea masuk atas impor mesin,” kata MS Hidayat, Menteri
Perindustrian.
Dengan adanya
insentif itu, pemerintah berharap industri kosmetik mampu berekspansi secara
rutin untuk meningkatkan kapasitas produksi. (dbs)

