Indeks
kepercayaan konsumen Indonesia sepanjang kuartal IV 2012 mencapai 117 basis
poin, turun dibanding kuartal III
2012 yakni 119 basis poin, menurut survei Nielsen.
Meski
demikian, penurunan itu masih dinilai dalam batas wajar dan konsumen
Indonesia cenderung masih optimistis. “Penurunan sebesar 2 poin masih
menunjukkan kepercayaan konsumen stabil di 2012,” ujar Catherine Eddy, Managing
Director Nielsen Indonesia.
Dia menambahkan tingkat kepercayaan konsumen
sebesar 117 basis poin di akhir 2012 menjadikan Indonesia berada di urutan ketiga
negara dengan konsumen paling optimistis, di bawah India (121 basis poin), dan
Filipina (119 basis poin).
Catherine
menjelaskan dari 500 responden yang disurvei Nielsen Indonesia sepanjang 2012,
78% percaya bahwa kondisi
keuangan mereka relative baik pada kuartal IV 2012. “Konsumen Indonesia menjadi
yang paling optimistis dengan kondisi keuangan pribadi mereka di kawasan Asia
Pasifi k, diikuti oleh Filipina (77%), India (76%) dan China (66%),”
ujar dia.
Pada 2013,
indeks kepercayaan konsumen diperkirakan stabil, bahkan cenderung meningkat. Kepercayaan
konsumen yang meningkat tahun ini ditopang oleh inflasi dan harga bahan bakar
minyak yang stabil.
“Salah satu
hal yang ditakutkan oleh konsumen Indonesia adalah kenaikan harga bahan bakar,”
ujar Eddy. Kenaikan harga bahan
bakar dinilai akan berdampak pada kenaikan harga barang konsumsi. Indeks
kepercayaan konsumen yang stabil
tahun ini juga menciptakan peluang yang terbuka bagi penyedia jasa keuangan, produsen
barang konsumsi dan jasa, serta perusahaan teknologi untuk meningkatkan pendapatan.
“Yang terpenting adalah bagaimana produsen bias mengenali kebutuhan konsumen,” ujar
Eddy.
Menurut
survei Credit Suisse, tingkat optimisme dan kepercayaan konsumen di Indonesia pada
2013 diperkirakan melampaui China, atau tertinggi kedua, setelah Brasil. Tingkat
optimism dan kepercayaan konsumen yang tinggi ditopang kenaikan pendapatan
serta tingkat inflasi pangan yang rendah.
“Tingginya
tingkat optimism dan kepercayaan konsumen itu terlihat dari ekspektasi kenaikan
pendapatan per kapita di Indonesia,” kata Ella Nusantoro, VicePresident Equity
Research PT Credit Suisse Indonesia.
Menurut hasil
survei Credit Suisse, 40% total responden di Indonesia memperkirakan
pendapatannya naik di atas 10% ta hun ini, 57% responden berekspektasi pendapatannya
flat hingga naik 10%, dan hanya 3% responden
yang
memproyeksikan pendapatannya turun hingga flat.
Sementara di
China, 55% res ponden memperkirakan pendapatannya turun hingga flat, 17%
responden berekspektasi pendapatannya flat hingga naik 10%, dan 27% responden memproyeksikan
pendapatannya naik di atas 10%.
Kondisi
serupa di China juga terjadi di India. Sebanyak 54% responden di India
berekspektasi pendapatannya turun hingga flat, 18% responden memperkirakan
pendapatannya flat hingga naik 10%, dan 27% responden memproyeksikan
pendapatannya naik di atas 10%. “Ekspektasi yang terjadi di China dan India
dipengaruhi dampak negatif krisis global,” ujar dia.
Kelas
Menengah
Tingginya
tingkat konsumsi di Indonesia juga ditopang besarnya jumlah konsumen kelas menengah.
Menurut laporan The McKinsey Global Institute yang berjudul “The Archipelago
Economy: Unleashing Indonesia’s Potential”, Indonesia saat ini merupakan ekonomi
terbesar ke-16 di dunia yang ditopang 45 juta jiwa konsumen kelas menengah.
.
Di 2020,
konsumen kelas menengah diperkirakan mencapai 85 juta jiwa dengan proyeksi
pertumbuhan ekonomi nasional 5%-6% per tahun. Besarnya jumlah konsumen kelas
menengah juga mendorong tingginya tingkat penjualan
barang konsumsi harian.
Kenaikan
pendapatan konsumen juga mendorong produsen barang konsumsi seperti PT Nippon
Indosari Corpindo menaikkan target pertumbuhan pendapatan di 2013. Nippon
Indosari, produsen roti, menargetkan pendapatan 2013 minimal mencapai Rp 1,56
triliun, atau meningkat 30% dibanding proyeksi penjualan
tahun lalu.
Pertumbuhan penjualan juga didukung tren konsumsi roti sebagai makanan pengganti
nasi.
“Peningkatan
penjualan juga seiring ekspansi yang dilakukan perseroan pada tahun lalu dan tahun
ini,” ujar Yenni Husodo. Pada tahun lalu, Nippon Indosari berekspansi dengan
membangun tiga pabrik, masing-masing di Cibitung, Makassar, dan Palembang.
Sementara
tahun ini perseroan berencana membangun tiga pabrik, masing-masing di
Balikpapan, Pekanbaru, dan Jawa Barat. Harga saham Nippon Indosari pada
penutupan perdagangan Rabu naik 50 poin (0,8%) menjadi Rp 6.050 dibanding sehari
sebelumnya. (dbs)


