10 October 2015

,

Ragam Tas Anyaman Corak Warna Warni

Berkembangnya wisata belanja itu membawa angin segar bagi para produsen garmen, pedagang busana, penjahit baju hingga para kuli angkut. Tentu saja, juga menjadi anugerah bagi kalangan perhotelan atau penginapan-penginapan di Bandung, pun bagi industri kuliner seperti restoran dan pusat oleh-oleh.

Pada akhirnya, mendorong tumbuhnya PAD (Pendapat Asli Daerah) dari pajak yang di dapat dari setiap transaksi para wisatawan. Indonesia sebagai surga fashion memang sudah diakui oleh negeri tetangga. Selain turis asal Malaysia, ternyata juga banyak yang datang dari Brunei Darussalam, Thailand, dan Singapura yang blusukan ke Jakarta, Bandung, Tasikmalaya, Solo dan Yogyakarta untuk memborong baju muslim dan produk lain dalam volume besar.

Kualitas produk garmen dan busana muslim buatan Indonesia, mereka akui lebih baik, dan  dari segi mode selalu menawarkan desain-desain terkini.


Disamping banyak pilihan model dan coraknya. Karya desainer Indonesia sangat kreatif dalam memadu padankan corak tradisional dengan fashion modern. Para wisatawan mengakui rancangan busana daerah di Indonesia kaya ragam dan memiliki keunikan masing-masing.

Ratusan corak busana yang khas dari masing-masing daerah dapat ditemukan dari Aceh sampai Papua. Semua itu akan terus dieksplor oleh para desainer untuk menghasilkan karya-karya fashion, produk-produk kerajinan, tas dan dompet, aksesoris, yang membuat para turis berdecak kagum.

Kualitas Bahan Alam

Keanekaragaman tanaman asli Indonesia juga menjadikan produk-produk handicraft unggul dan memiliki daya tarik tinggi di mata pemburu produk kerajinan. Ini terlihat dalam penyelenggaraan Pameran INACRAFT dan CRAFINA yang diramaikan dikunjungi buyer dari luar negeri.

Produk-produk kerajinan yang dipajang di UKM Gallery dan Paviliun Provinsi Gedung SMESCO sepanjang tahun juga diisi oleh produk-produk unggulan dari semua daerah yang sebelumnya telah terseleksi.

Salah satunya adalah Faiqotul Himmah, perajin dan pengusaha handicraft asal Bangkalan, Madura, yang telah puluhan tahun memanfaat-kan beragam serat tanaman menjadi aneka produk kerajinan.

Bahan baku yang dipakai itu antara lain serat daun angelnya, serat daun palem, eceng gondok, daun pandan dan bambu, menghasil-kan produk kerajinan yang dihasilkan seperti tas untuk wanita, topi, lampion, kap lampu, tempat buah, kotak tisu dan kipas.

Dalam menjalankan kegiatan produksi, Faiqotul telah melatih ratusan ibu-ibu rumah tangga di Madura untuk menjadi perajin. Produk-produk mereka juga telah dipasarkan melalui pameran-pameran, didisplai di pusat-pusat kerajinan yang banyak dikunjungi para wisatawan domestik maupun asing.

"Produk-produk kerajinan kami memakai bahan baku yang ada di lingkungan sendiri. Kalau tidak diolah. ya mungkin hanya menjadi kayu bakar. Tapi dengan diolah bisa menjadi produk yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan bermanfaat bagi mayarakat,” ujarnya

Di Yogyakarta ada juga pengrajin tas dari bahan serat tumbuhan yang produknya sudah menjadi langganan buyer untuk dipasarkan di butik-butik di Eropa, ia adalah Delia Muwihartini.

Awalnya ia hanya mendisplai produk tasnya di Malioboro dan di pameran-pameran yang digelar di Jakarta. Lalu bertemu dan menjalin kontrak dengan buyer dari Eropa hingga produk tasnya yang ramah lingkungan itu menembus pasar ekspor. Setelah berjalan belasan tahun, kini usaha kerajinan tas Delia tumbuh menjadi usaha skala menengah dengan jumlah karyawan mencapai ratusan orang dengan pasar ekspor ke Eropa.

Penjualan Online


Bagaimana dengan produk-produk karya UKM Indonesia yang lain? Ada ribuan jenis produk yang dihasilkan UKM kita, namun boleh dikatakan hanya sebagian kecil saja yang sukses mendapatkan pasar dan berhasil menjadi produk dan brand Indonesia yang diakui dunia. Peluang pasar yang tidak terbatas adalah melalui penjualan online atau membuka toko online di dunia maya.

Roni Yuzirman misalnya, semula membuka toko busana muslim di Pasar Tanah Abang. Dia mengaku usahanya tidak berkembang di Tanah Abang hingga akhirnya membuka toko online busana muslim dengan nama usahanya Manet Vision. Justru melalui toko online ini akses pasarnya menjadi tidak terbatas. Dan transaksi penjualan pun menjadi meningkat pesat. “Lagi pula kita tidak perlu sewa ruko di Tanah Abang seperti dulu.

Jadi bisnis kita menjadi lebih efisiendan bisa melayani pembeli dari mana pun sepanjang alamat mereka dapat dijangkau oleh kurir atau jasa pengiriman,” ungkapnya. Apalagi maraknya budaya berbusana muslim saat ini tidak hanya berkembang di Indonesia, tapi juga dilakukan pemeluk muslim di negara-negara lain.


Terlebih Indonesia sudah menjadi trend setter dan pusat produksi busana muslim dengan ditopang program-program promosi di media dan fashion show yang rutin dilakukan.

Keunggulan masyarakat Indonesia yang kaya dengan estetika dan warna-warni budaya lokal akan terus menjadi gudang kreativitas dan melahirkan desainer-desainer muda berbakat sehingga menghasilkan produk-produk yang indah dan berkualitas. Jika momentum ini terus dikembangkan dan didukung program pemerintah yang tepat sasaran maka produk-produk Indonesia akan semakin berhasil dalam melakukan penetrasi pasar.

Maka sudah benar adanya kampanye go online untuk para UKM dalam mempromosikan dan memasarkan produknya. Internet sudah terbukti melahirkan pengusaha-pengusaha sukses di dunia maupun di Indonesia. Dengan akses pasar ke seluruh dunia, maka produk-produk Indonesia akan semakin mudah menembus pasar ke sudut-sudut dunia mana saja sepanjang bisa mendapat internet dan dapat dijangkau oleh jasa pengiriman barang.

Mari kita terus semangat mendukung produk karya Indonesia dengan membeli, memakai dan mempromosikannya kepada masyarakat dunia.
(EdSas)