Joewita mengakui bahwa potensi tenun Indonesia bakal terus berkembang. Sebab, banyak sekali perajin tenun dengan khas dari berbagai daerah di Indonesia .
Makanya, dia tidak ingin menyianyiakan kekayaan tenun Indonesia. Nah, saat ini tinggal bersinergi dengan pemerintah untuk menghidupkan atau mengembangkan tenun dengan ciri khas daerah masing-masing.
Joewita menawarkan busana dengan tenun asli yang dirancang sendiri. Tenun yang juga memakai brand Joewita Silk tersebut kini menjadi ciri khas Sulawesi Tenggara.

Menurut dia, tenun rancangannya memang kerap dibikin gaya songket. Nah, rancangan tenun songket modern ini bervariasi. Ada songket tolaki, samin, dan lainnya. Nah, soal harga juga variatif. Mulai dari Rp 100 ribu hingga harga jutaan rupiah juga ada. Jadi, gimana model dan coraknya saja.
"Saya juga ingin sekali sih menekuni batik tenun," ujarnya. Karena itu, Joewita akan mencari tandem yang pas untuk merancang batik tenun. Dia menyatakan, tenun bisa dirancang sesuai dengan keinginan. Sebab, potensi pemasarannya juga dinilai bagus.
"Saya juga ingin ada stand khusus Tenun di Wakatobi. Sebab, wisata air di daerahnya itu belum ada stand-stand khusus yang menjual oleh-oleh asli daerah, padahal wisatawan yang berkunjung sangat banyak," ujarnya.
Setelah memiliki binaan yang khusus membuat tenun, Joewita pun ingin mendirikan koperasi khusus perajin tenun. Terobosan ini memang dianggap bagus karena untuk memfasilitasi kebutuhan para perajin yang memiliki semangat untuk mengembangkan usahanya.
"Kami juga sering mengadakan pelatihan-pelatihan, karena pemerintah di daerahnya sangat mendukung keberadaan perajin tenun. Jadi, perajin semangat untuk terus berkarya," kata dia yang baru menggeluti usaha tenun sejak 2008.
Joewita menganggap usaha tenun memang harus digarap secara serius dan penuh kesabaran. Itu juga sudah menjadi ajaran dari orang tua yang juga sebagai perajin tenun. "Saya ini dilahirkan di daerah perajin tenun. Jadi mungkin menular. Akhirnya, saya bisa menikmati sebagai perajin tenun," tandasnya. (*)