2 February 2015

Industri Mamin Jatim Dorong Standardisasi Sambut MEA 2015

Pelaku industri makanan dan minuman di Jawa Timur diminta 'tancap gas' dalam mempersiapkan industrinya menyambut Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015. Mereka harus segera membenahi standard industri dan sumber daya manusianya.

Industri Mamin Jatim Dorong Standardisasi Industri
Pelaku industri makanan dan minuman di Jawa Timur diminta 'tancap gas' dalam mempersiapkan industrinya menyambut Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015. Mereka harus segera membenahi standard industri dan sumber daya manusianya.

Menurut Ketua Gabungan Industri Makanan dan Minuman (Gapmmi) Jatim Yapto W. Sinatra, industri makanan dan minuman (mamin) dapat menjadi tulang punggung provinsi ini, saat MEA dibuka. Apalagi, jumlah industrinya adalah yang terbesar di Indonesia.


Tercatat ada sekitar 650 produsen mamin dari 700.000 UKM dan UMKM di Jawa Timur. Yapto menilai besarnya jumlah pengusaha mamin di provinsi tersebut dapat menjadi peluang untuk meningkatkan pendapatan daerah dan memperluas pangsa pasar saat MEA.

“Ketika MEA diberlakukan, barang dan jasa akan dibebaskan di ASEAN. Perdagangan intra-Asean akan mencapai 25%. Nah, di Indonesia ini 90% industri mamin masih berskala kecil menengah, tapi kontribusinya 15% lebih,” katanya, Kamis (29/1).

Dia juga menyebut UKM Mamin di Jawa Timur selama ini menjadi salah satu sektor andalan dalam pengurangan pengangguran, penaikan pendapatan domestik, dan berkontribusi banyak dalam memajukan perekonomian provinsi.

"Agar tidak minder dalam bersaing dengan industri mamin lain di ASEAN, pelaku UKM mamin di Jawa Timur harus meningkatkan kualitas usaha yang sudah dibangun, sehingga para wirausahawan mampu bersaing dengan ke negara-negara di pasar Asia Tenggara.”

Selama ini, kata Yapto, produk mamin Jatim sudah banyak diekspor ke Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam, Kamboja, Brunei Darussalam, Myanmar, dan Timor Leste. Selain itu, juga telah menembus pasar China, Taiwan, Jepang, Korea Selatan, dan Hong Kong.

Ia menambahkan, sejak 2014, produksi industri mamin di Jatim juga terus naik seiring dengan semakin dekatnya implementasi MEA. Atas dasar itu, dia yakin pada 2015 ini omset penjualan mamin di pasar ASEAN dapat lebih meningkat.

“Dengan berlakunya MEA, maka kita bisa mengambil kesempatan menaikkan penjualan kepada importir produk mamin di luar negeri khususnya ASEAN,” ujarnya. Dia menambahkan para pelaku industri mamin tidak perlu terlalu khawatir dengan potensi banjir impor.

Sebab, dengan masuknya mamin impor saat MEA, masyarakat bisa lebih leluasa memilih produk yang berkualitas dan sudah berlabel ML dari BPOM. Dengan demikian, para pengusaha mamin di Jatim akan lebih terdorong untuk berkompetisi.
bisnis.com